Minggu, 21 Juni 2015

Nikmat! Hanya jika Berdua


nikah 
Nikmat!. Hanya jika Berdua
Nikmati ujian-ujianNya saat bersama dengannya. Anggaplah kehidupan ini adalah sebuah lembaga belajar. Akan selalu ada ujian untuk menentukan kenaikan kelas atau level yang lebih tinggi lagi. Dalam ujian kehidupan, soal ujian bagi yang masih sendiri dan yang sudah berumah tangga pasti berbeda. Tentu nilai ujiannya juga berbeda.
Saat menjalani ujian hidup sendiri, terkadang kita perlu bantuan berupa saran dan pertimbangan dari orang tua atau teman dekat. Ujian ini akan membentuk kematangan sikap dan pola pikir kita seiring bertambahnya usia, atau biasa di sebut DEWASA.

Hasil ujian ini bisa di lihat dan rasakan saat kita putuskan untuk melanjutkan ke soal ujian berikutnya, yaitu ujian dalam Berumah Tangga.
Karena ini ujian kehidupan, semua soal saling berhubungan satu dan lainnya, dan akan terus berlanjut hingga nafas terakhir kita.
Menghadapi Ujian Berumah Tangga. Syarat utama mengikuti ujian ini pastinya memiliki pasangan yang disahkan secara hukum.
Karena kita berpasangan, maka wajib bagi kita mengerjakan setiap persoalan secara bersama-sama. Maka kekompakan dan kesabaran dalam menjalankannya menjadi kunci utama keberhasilan ujian ini.
Dalam ujian ini banyak nilai bonus yang bisa di peroleh bagi pasangan yang bisa menjaga kekompakan. Kekompakan pasangan bisa di lihat dari bertambahnya anggota baru dalam rumah tangga mereka. Itu yang pertama. Yang kedua, bertambahnya rizki.
Mereka yang kompak, dapat dipastikan memiliki banyak teman, disayang keluarga dan di hormati orang-orang disekitar mereka. Sehingga ini memudahkan mereka mendapat Rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Jangan berfikir ujian kali ini mudah. Ini sama sekali tidak mudah. Banyak juga mereka yang akhirnya menyerah kalah. Merekapun memutuskan untuk menjalani sisa hidup mereka sendiri lagi.
Ingat! Kunci utamanya adalah KOMPAK. Tinggalkan ego, dan mulailah saling menghargai perbedaan yang sudah ada dalam diri masing-masing.
Saya pernah mencoba menjalani ujian ini sendiri tanpa meminta pertimbangan pasangan saya. Saya lebih memilih bercerita dan meminta pertimbangan teman. Hasilnya, saya mengalami banyak kerugian. Saya dihinakan, dan dipojokkan dengan aib-aib yang pernah saya ceritakan padanya.
Hingga akhirnya saya tersadar, bahwa saya sudah berumah tangga, sehingga sehebat apapun saya semasa sendiri ternyata tidak bisa menghadapi ujian kali ini seorang diri, dan melibatkan teman atau keluarga malah berakibat fatal bagi saya dan pasangan, serta tim yang kami bentuk menjadi keluarga.
Maka, saat kita memutuskan untuk melanjutkan pada soal ujian berumah tangga kita harus membuka hati dan pikiran kita. Berbicara dari hati ke hati, berbagi cerita hanya dengan pasangan kita saja, sekalipun itu aib yang paling hina hanya dia yang tahu, yakinlah dia pasti akan tetap memperjuangkanmu. Dari ujian kali ini saya juga belajar bahwa orang lain diluar rumah tangga kita belum tentu bisa menjaga rahasia pribadi kita, dan yang terburuk jika rahasia dan aib kita dijadikan BUMERANG untuk menjatuhkan kita saat berselisih faham atau terjadi masalah di kemudian hari.
Pelajaran dari ujian Berumah Tangga kali ini *Bersabarlah.
Kita tidak sendiri. Dia ada untuk mendampingi dan berbagi beban hidup denganmu. Bicaralah dari hati ke hati. Tinggalkan ego, dan bahu membahu melewati likunya hidup ini bersama-sama. Hanya berdua saja. InshaAllah sukses hidup dan pahala berumah tangga akan menjadi GOLDEN TIKET menuju surga Nya.
oleh : Dwi Nurmasari dari muslimdaily.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar